Ayat ayat al-qur’an tentang perkembangan iptek
A. PENGERTIAN
IPTEK
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti
memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan,
karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam (gunung-gunung),
`alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang
segala sesuatu.
Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha
mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui
pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat
dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.
Menurut
Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang
lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian
dikenal juga dengan sebutan science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan
masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga
teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu
tujuan.
Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan
iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan
kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses
teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya
suatu tujuan.
B. PANDANGAN ISLAM TENTANG IPTEK
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah
dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan
oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian
meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala
dampak negatif dimasa mendatang atau krisis multidimensional yang
diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau,
sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu
itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak
ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti,
karena Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu
luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio
alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka
jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat
itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi
tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek
ada yang bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan
dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk
mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk
teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang
teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf
dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR`AN
Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa
dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia
untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam
semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan.
Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal
mungkin.
Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia,
baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar
manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode,
mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam
di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan
historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut
ini:
قُلِ
انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah
Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya:”Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS.
Az-Zariyat: 21)
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi
agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati
fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek
Allah
Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan
ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai
hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur
dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql.
Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala
perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an
sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan
terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an.
Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan
secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi
teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang
Qur’anik.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan
iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca,
menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia.
Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS.
Al-Ghasiyah, ayat 17-20:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
Artinya:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat
Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga
ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani,
melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
وَمِنْ
كُلِّّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ
Artinya:
”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ اْلأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لاَ يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)
Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan
makhluk secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan
negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron
dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air production)
di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev.
Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena
dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi
terungkap.
b. Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada
masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian
merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini
merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka
akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan
intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut
ini contoh ayat-ayat tersebut:
ظَهَرَ
الْفَسَادَ فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَأَبَا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوْهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تَأْكُلُوْنَ (47) ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تُحْصِنُوْنَ (48)
Artinya:
"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya
kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun
yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS.
Yusuf: 47-48)
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6) إِنَّ الَّذِيْنَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا ْالأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8)
c. Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi
Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia
untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah
berikut ini:
يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ فَانْفُذُوا لاَ تَنْفُذُون إِلاَّ بِسُلْطَانٍ
Artinya:
Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:
أَوَلَمْ
يَرَوْا إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(QS. As Syu’ara: 7)
Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi
modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia
genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan
bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan
manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa
ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga
manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di
alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu,
dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu
yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih.
Perhatikan
firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ اْلأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah
seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan
suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai
(pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau
siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah
disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan
tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e. Al-Quran Sumber Etika Pengembangan
Iptek
Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu
menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil
teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia,
menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan
sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan
perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:
وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.
Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti
sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies
manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan
tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa
jagad raya ini.
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang
pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak
saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic
makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan
memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan. Sementara sanat Islam
berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan
untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
D. PERINTAH MEMPELAJARI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Islam agama yang syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh,
sempurna dan menyempurnakan). Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah
vertikal saja, namun seluruh aspek kehidupan, termasuk diantaranya mempelajari
Iptek.
Al-Qur`an diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah tidak hanya
memerintahkan untuk sekedar dibaca, sesuai dengan wahyu yang pertama diturunkan
dalam QS. 96: 1, tetapi mengandung maksud lebih dari itu yaitu menghendaki
seluruh umatnya membaca, menggali, mendalami, meneliti apa saja yang ada di
alam semesta ini dan mengambil manfaat untuk kehidupan manusia dengan
mengetahui ciri-ciri sesuatu seperti: bencana alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga dapat menghadapi
tantangan dan menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern yang diterapkan
dalam segala aspek kehidupan.
Proses kehidupan manusia itu selalu mengalami perkembangan
yang pesat dari awal terbentuknya manusia, bayi, anak-anak, remaja, dewasa
sampai tua dan alam semesta ini dibuat Allah tidak sia-sia, tetapi ada hikmah
didalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek, sesuai dalam QS. 3:
190-191yang berbunyi: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Dalam ayat ini mengandung
maksud perintah untuk mempelajari iptek karena manusia telah dipilih sebagai
makhluk yang memiliki kemampuan dan derajat tinggi, antara lain:
· Manusia diperintahkan untuk
menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan meneliti alam semesta.
· Manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi Adam sebagai pemimpin
dibandingkan makhluk yang lain.
· Manusia memiliki ilmu pengetahuan
yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi
dunia akhirat
· Manusia diperintahkan menjadi
profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki.
Comments
Post a Comment